Ya. Saya (kembali) ditinggal sang harapan. Setelah saya menumpuknya agar saya mudah memilihnya. Yang ada harapan-harapan itu berguguran satu per satu.
Mungkin karena saya yang maruk juga. Tapi semuanya saya lakukan hanya untuk memberi jaminan agar pada akhirnya saya memperoleh paling tidak (dan memang cuma ingin) satu (saja). Egois memang.
Dan sekarang kembali saya harus menahan dahaga. Mempertajam mata ke segala penjuru padang pasir. Mencoba menemukan oasis, bukan fatamorgana. Dan sepertinya masa lalu pun sedang berusaha menancapkan kaitnya ke otak saya.
Mungkin karena saya yang maruk juga. Tapi semuanya saya lakukan hanya untuk memberi jaminan agar pada akhirnya saya memperoleh paling tidak (dan memang cuma ingin) satu (saja). Egois memang.
Dan sekarang kembali saya harus menahan dahaga. Mempertajam mata ke segala penjuru padang pasir. Mencoba menemukan oasis, bukan fatamorgana. Dan sepertinya masa lalu pun sedang berusaha menancapkan kaitnya ke otak saya.
No comments:
Post a Comment