Sunday, June 29, 2008

BOS

Adalah singkatan dari Borneo Orangutan Survival (Foundation).

Jadi, pada hari ini saya kebetulan kebagian tugas negara. Apakah tugas itu? Sebaiknya tidak usah saya sebutkan disini, karena saya sendiri tidak tahu serahasia apakah tugas yang diturunkan secara tidak langsung dari Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden) ini.

Untuk melaksanakan tugas ini, saya harus mengunjungi d
aerah penangkaran orangutan di dekat tempat saya bekerja, tepatnya di daerah Samboja. Oh ya, untuk sekitar 1,5 bulan ini saya akan berada di Handil, Kalimantan Timur. Kebetulan kantor menempatkan saya di sini untuk pekerjaan pada Total E & P.

Kawasan penangkaran orangutan ini dikelola oleh BOS, menempati daerah dengan luas puluhan hektar. Dalam kawasan ini tidak hanya terdapat fasilitas penangkaran orangutan saja, tetapi juga ada fasilitas penangkaran beruang madu, tempat peristirahatan dan perkemahan. Memasuki dan melihat tempat ini adalah pengalaman yang membuat saya takjub. Takjub akan dedikasi orang-orang yayasan ini dalam menjaga kelestarian alam, terutama spesies orangutan dan beruang madu. Hal ini dapat dilihat dari kualitas infrastruktur yang ada dan sumber daya yang mengelola tempat ini. Satu hal yang sepertinya tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah kita.. (dan memang setelah ngobrol dengan beberapa orang karyawan, terungkap bahwa dana pengelolaan sebagian besar didapatkan dari donatur luar negeri).

Ketakjuban utama saya tentu saja pada dua spesies utama yang ditangkar disini. Orangutan yang cuma ada di Borneo/Kalimantan dan Sumatera, serta beruang madu yang habitat aslinya di Indonesia adalah di Pulau Sumatera. Di perjalanan, yang pertama kali kami temui adalah orangutan. Untuk pertama kalinya saya melihat langsung binatang ini, dan entah kenapa perasaan yang muncul adalah perasaan yang takjub saat melihat spesies yang terancam kepunahan ini. Orangutan-orangutan yang sempat kami saksikan berkumpul di sebuah pulau yang dikelilingi kolam. Di pulau itu terdapat berbagai "arena permainan" untuk mereka. Mulai dari ayunan, tempat bergelayutan dan lain-lain. Terdapat juga pondok-pondok untuk mereka berteduh. Sayang sekali saya sulit menemukan kamera yang tersimpan di dalam tas saat melewati daerah tersebut, jadi momen berharga tersebut tidak sempat saya abadikan.

Karena tidak tahu jalan, mobil yang saya dan tim tumpangi akhirnya kembali ke arah pintu gerbang kawasan. Kebetulan kami menemukan fasilitas penangkaran beruang madu. Akhirnya kami berhenti di sana untuk menunggu petugas keamanan yang akan memandu kami. Kesempatan ini kami gunakan untuk melihat-lihat fasilitas. Ternyata fasilitas ini pernah ditampilkan dalam program Jejak Petualang di Trans7. Gambaran episode tersebut masih saya ingat dengan cukup baik, karena dibawakan sang pembawa acaranya yang cantik, Medina Kamil - salah satu wanita tercantik di Indonesia menurut saya :D

Kebetulan kami bertemu dengan salah seorang petugas, Mas Heri namanya. Kami pun ngobrol-ngobrol. Ternyata tempat ini adalah penangkaran beruang madu terbesar yang pernah ada. Merawat cukup banyak beruang madu. Mereka diperhatikan dengan sangat baik, diberi nama yang lucu-lucu, diberi makan teratur dan selalu dipantau perkembangan kelakuan dan fisiknya. Untuk kali ini saya tidak mau melewatkan kesempatan untuk mengambil gambar beberapa beruang madu. Berikut beberapa hasilnya:

Heyden, beruang madu kecil yang masih manja dan suka cari perhatian. -->



Nah, kalo yang ini saya lupa namanya. Masih kecil juga, tapi entah kenapa dikandangkan terpisah dengan yang lain. -->


Kalo yang ini burung elang pemakan ikan yang ditempatkan dalam sebuah sangkar besar di dekat penangkaran beruang madu. Saya lupa nama lainnya. Kasihan, sayapnya patah. Dia tidak henti-hentinya berkicau dengan nyaring saat kami di tempat ini. Seperti menarik perhatian kami, dia pun duduk diam dan "berpose" saat kami mendekat. -->



Yup, sekian dulu. Mudah-mudahan saya diberi kesempatan untuk mengunjungi tempat ini lagi, jadi bisa memotret tidak hanya beruang madu, tapi juga orangutan dan pemandangan alamnya yang indah. Amin..

Sunday, June 01, 2008

Ditinggal Harapan

Ya. Saya (kembali) ditinggal sang harapan. Setelah saya menumpuknya agar saya mudah memilihnya. Yang ada harapan-harapan itu berguguran satu per satu.

Mungkin karena saya yang maruk juga. Tapi semuanya saya lakukan hanya untuk memberi jaminan agar pada akhirnya saya memperoleh paling tidak (dan memang cuma ingin) satu (saja). Egois memang.

Dan sekarang kembali saya harus menahan dahaga. Mempertajam mata ke segala penjuru padang pasir. Mencoba menemukan oasis, bukan fatamorgana. Dan sepertinya masa lalu pun sedang berusaha menancapkan kaitnya ke otak saya.